Mendulang Devisa dari Industri Kehutanan

0
215
Prof Dr Indroyono Soesilo

UBUD, Sains Indonesia – Industri Kehutanan mampu berkontribusi besar bagi devisa negara. Capaian ekspor hasil hutan, khususnya kayu olahan di masa pandemi Covid-19 hingga September 2020 mencapai US $11,56 milyar atau sudah mendekati angka ekspor tahun lalu sebesar  US $11,62 milyar. Nilai espor kayu olahan tahun 2018 masih yang tertinggi hingga saat ini yaitu mencapai US $12,13 milyar.

Indonesia harus menggenjot ekspor hasil hutan dengan pengembangan hutan industri. Namun, demikian persepsi masyarakat tentang pemanfaatan sumber daya hutan harus digeser dari pemanfaatan yang didominasi kayu menjadi pengembangan industri kehutanan berbasis hutan lestari.

“Faktanya, saat ini pemanfaatan kayu hanya sekitar 5% saja, justru 95% merupakan sumber daya hutan non kayu,” ungkap Ketua Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI), Indroyono Soesilo saat menjadi nara sumber secara virtual pada Rapat Kerja Deputi IV Kemenko Maritim dan Investasi Bidang Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan di Ubud, Bali, Jumat (6/11/2020).

Lebih lanjut Indroyono mengatakan, APHI mencatat, hutan tanaman industri telah  menyumbangkan sekitar 37 juta m3 kayu untuk kepentingan pemenuhan bahan baku industri sedangkan yang kayu bersumber dari hutan alam tinggal sekitar 5,6 juta m3. Peningkatan sumbangan pasokan bahan baku dari HTI untuk pabrikan perkayuan bukan sekadar hitung-hitungan dolar yang meninggi dalam catatan devisa dan kinerja ekspor negara. Yang lebih penting dari angka-angka itu, kata Indroyono, penggunaan kayu dari HTI lebih menjamin kelestarian hutan di Indonesia.

Menurut Mantan Menko Kemaritiman itu, stigma terkait eksploitasi hutan dan deforestasi dalam percaturan global sudah bisa dikatakan selesai. Ia menyontohkan, isu Illegal Logging     maupun keberlanjutan sumber daya hutan sudah diselesaikan dengan Sistem Verifikasi dan Legalitas Kayu (SVLK) dan skema lisensi Forest Law Enforcement, Governance and Trade (FLEGT). Kemudian isu lahan gambut sudah diselesaikan melalui Kawasan Hidrologis Gambut (KHG), isu deforestasi sudah diselesaikan via Moratorium dan Sejak 4 tahun terakhir turun drastis.

Sementara itu isu kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), sudh teratasi, sejak 4 tahun terakhir turun drastis. Tahun ini, luasan Karhutla hanya sekitar 150 ribu atau turun sebesar 91% dibanding tahun lalu yang terjadi pada luasan 1,6 juta ha.

“Sekarang tinggal memacu ekspor guna meningkatkan devisa dan membuka lapangan kerja. Pemerintah juga harus mendukung berkembangnya industri kehutanan. Caranya pengadaan barang berbasis kayu, belilah kayu legal dan bersertifikat, jangan pakai kayu spanyol (separuh nyolong, red),” pungkasnya.

Setia Lesmana

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini