BOGOR, Sains Indonesia – Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mendorong para peneliti dan perekayasa di Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) meningkatkan kualitas produk inovasi dan teknologi pertanian. Tidak ada sektor dalam pembangunan ekonomi dan industri yang maju tanpa melibatkan reseacrh and development (Litbang).
“Inilah momentum bagi kalian untuk mencapai kualitas inovasi dan teknologi yang lebih tinggi lagi. Lewat dukungan Litbang, maka pertanian akan terus menjadi lokomotif pemulihan ekonomi nasional,” ujar Syahrul Yasin saat menyampaikan keyonet speech di acara Workshop Perencanaan Program Kerja Balitbangtan di Bogor, Selasa (12/1/2021).
Dalam kesempatan itu, Mentan Syahrul juga mengapresiasi kinerja Balitbangtan selama ini yang menjadi tulang punggung kemajuan sektor pertanian. Namun Syahrul mendorong seluruh punggawa Balitbangtan terus bekerja keras melakukan lompatan-lompatan besar.
“Sebab, kemajuan negara lain jauh lebih besar dengan loncatan sains riset dan teknologi yang merka hadirkan,” tegasnya.
Sementara Indonesia kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Matahari pun bersinar sepanjang tahun. Masalahnya, agar ada lompatan yang extraordinary (luar biasa) harus di-PAKSA-kan. PAKSA merupakan akronim dari Planning yang benar, Atensi yang serius, Knowledge, Skill, Action, dan Komitmen Atas dasar Negeri.
“Adakah yang bisa berhasil tanpa Litbang?. Karena itu semua hasil workshop ini harus bisa dijalankan mulai Maret tahun ini,” kata Mentan Syahrul Yasin Limpo.
Dalam kesempatan itu, Syahrul menyinggung persoalan kedelai yang masih tinggi ketergantungannya terhadap impor. Menurut Syahrul, negara produsen lain mampu menghasilkan produk berkualitas tinggi dengan harga yang sangat murah.
Itu karena mereka sudah menggunakan produk bioteknologi dan memang disubsidi oleh pemerintahnya. Sementara Indonesia, untuk bisa menggunakan produk hasil rekayasa genetik terbentuk banyak hal, terlalu banyak pertimbangan sehingga sulit untuk menuju ke sana.
Namun demikian, Syahrul Yasin mendorong Balitbangtan terus membuat terobosan-terobosan baru dan memperkuat eksistensi pertanian dengan rekayasa teknologi dan terapan yang ada. . Litbang harus lebih masif dan proaktif membangun kerjasama dengan gubernur, bupati dan lembaga lainnya.
“Saya nggak mau hanya berhenti di demplot sajaJika ada dirjen teknis yang tidak mau gunakan hasil Litbang yang teruji bagus, katakan pada saya,” tegasnya.
Setiap profesor riset yang ada, berikan Ia tanggung jawab teritorial (daerah) penerapan inovasi dan teknologi. Mereka harus fokus menggerakan daerah yang menjadi tanggung jawabnya masing-masing.
“Rumuskan semua itu dari sekarang, Februari matangkan, dan Maret jalankan,” pintanya.
Mentan mengatakan, kerjasama dengan pemerintah daerah dalam pengembangan riset terpadu harus jadi prioritas. Tunjuk satu dua daerah untuk fokus dan ledakan produksinya yang didukung pengembangan hulu hilir dengan inovasi dari Litbang.
“Saya yakin, Litbang pasti mengerti dan pasti bisa melakukan eksekusi!” tukasnya.
Dalam Rapat Kerja Nasional Balitbang Pertanian ini, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Fadjry Djufry menyampaikan pihaknya di tahun 2021 ini mengimplementasikan arahan Menteri SYL dengan menyiapkan beragam inovasi teknologi, termasuk benih, baik tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, dan peternakan.
“Termasuk dukungan inovasi hilirisasi untuk nilai tambah komoditi produk pertanian, melalui Balai Besar Pascapanen Pertanian. Dan hilirisasi pemanfaatan alsintan (hulu-hilir), termasuk pengurangan kerugian,” tuturnya.
Mengenai kerjasama dengan pihak lainnya, Balitbang Pertanian selalu berperan dalam menjalin kerja sama untuk menghasilkan terobosan, invensi, dan inovasi teknologi pertanian khususnya guna meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.
Balitbangtan sendiri memiliki UPT di tingkat Provinsi seluruh Indonesia yaitu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) yang memiliki peran menjembatani antara lembaga penelitian sebagai penghasil teknologi, dengan petani dan pemangku kepentingan sebagai pengguna teknologi.
Setia Lesmana