Sejak diluncurkan 2 tahun silam, manfaat aplikasi Laut Nusantara telah nyata terasa. Banyak nelayan mengaku kerja mereka menjadi lebih mudah dan produktivitas lebih tinggi berbekal aplikasi pintar tersebut.
Bagi mereka nelayan kecil dan tradisional, menjaring rezeki dari hasil tangkapan laut tidaklah mudah. Untuk mendapat tangkapan ikan melimpah, kadang bergantung pada nasib mujur. Cuaca buruk, arus gelombang laut yang kuat, hingga jaring tersangkut menjadi tantangan kala melaut. Maka boleh dikatakan ikan yang bisa didapat dan dibeli masyarakat dengan mudah di pasar, merupakan buah perjuangan mereka para nelayan.
Rustam, seorang nelayan asal Banyuwangi bercerita tidaklah mudah menjalani hidup sebagai nelayan. Ia tahu betul kendala yang dihadapi di laut. Dari mulai berangkat misalnya, ia perlu merogoh kocek sekitar Rp 300 ribu. Jika nasib mujur, dengan tangkapan banyak, ia bisa dapat jutaan rupiah, dan menjadi keuntungan. Namun bila tidak, pulang dengan beberapa ekor ikan saja sudah membuatnya bersyukur.
“Kadang berangkat bawa bekal itu kita ngambil (berhutang) dulu di warung. Makanya kalau berangkat tapi terus pulang kosong (tangkapan sedikit), gimana kita mau bayar ke warung?” ujar nelayan yang saban hari melaut pada sore hingga malam. Selain itu, nelayan kecil seperti Rustam juga harus bersaing dengan kapal-kapal kayu berukuran agak besar.
Kesulitan yang dihadapi Rustam perlahan teratasi. Nasibnya membaik setelah memanfaatkan teknologi “Laut Nusantara.” Berkat fitur lokasi penunjuk keberadaan ikan yang terdapat di aplikasi, Rustam dan nelayan kini kian mudah menemukan ikan di lautan. Berbekal aplikasi pintar ini, Rustam bahkan mengaku bisa mendapat tangkapan ikan hingga dua kali lipat.
“Untuk menjaring ikan, biasanya saya dibantu perahu penjaring, karena perahu saya kecil dan tidak memiliki jaring yang lebar. Lalu bagi hasil. Biasanya hanya dapat 100 kg atau 2 kwintal. Tapi berkat aplikasi Laut Nusantara ini bisa hampir 2 ton,” kisah Rustam sumringah. “Aplikasi ini sangat membantu karena titik keberadaan ikannya sangat akurat,” tambahnya.
Memanfaatkan Teknologi
Laut Nusantara adalah aplikasi berbasis andoid yang dikembangkan Balai Riset dan Observasi Laut (BROL), Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM-KP), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Aplikasi yang diluncurkan sejak Agustus 2018 ini memiliki berbagai fitur yang memudahkan nelayan tradisional mencari ikan di lautan.
Aplikasi ini punya enam fitur utama: Pesisir, Perairan, Laut Lepas, Kelautan, Hitung BBM, dan Tangkapan. Dari fitur Pesisir, nelayan bisa mengetahui di mana saja posisi ikan yang potensial untuk ditangkap. Titik-titik lokasi digambarkan dengan checkpoint bergambar ikan. Nelayan juga bisa tahu kecepatan angin dan tinggi gelombang dengan membuka fitur Kelautan.
Di fitur Hitung BBM, nelayan bisa tahu seberapa banyak bahan bakar yang diperlukan untuk melakukan pelayaran dengan jenis mesin, kecepatan, dan jarak tertentu. Sedangkan fitur Tangkapan Nelayan menunjukkan harga berbagai jenis ikan hasil tangkapan di pelabuhan. Aplikasi ini dapat diunduh di semua smartphone berbasis Android dengan mudah.
Sampai September 2020, Laut Nusantara telah diunduh lebih dari 10 ribu kali di Play Store. Rilis resmi BROL menyebut lebih dari 24 ribu nelayan telah memanfaatkan aplikasi ini. Ukuran aplikasi yang hanya 4,4MB dan bisa diakses di mana saja selama gawai terkoneksi internet, para nelayan sudah bisa mendapat informasi lengkap secara real-time.
“Aplikasi ini sudah dilengkapi informasi lengkap soal perairan Indonesia. Salah satunya peta lokasi ikan secara nasional, dari Sabang sampai Merauke. Ada pula informasi berupa lokasi pelabuhan, level perairan, informasi keselamatan, kecepatan angin, arus gelombang, dan fitur terbaru berupa navigasi. Semua informasi ini didapat langsung dari stasiun bumi BROL dan data selalu diperbarui setiap pukul 10.00 pagi,” ujar Kepala BROL-KKP, I Nyoman Radiarta.
Integrasi Hulu ke Hilir
Kepala BRSDM-KP, Sjarief Widjaja menyebut, Laut Nusantara merupakan buah dari riset dan survei BROL ke sejumlah komunitas nelayan di berbagai daerah untuk mengetahui kebutuhan mereka terkait informasi seputar aktivitas penangkapan ikan. Sejauh ini produktivitas nelayan pengguna aplikasi ini rata-rata meningkat dua kali lipat. Menurutnya, salah satu keunggulan aplikasi ini adalah adanya fitur panduan keselamatan melaut bagi nelayan.
“Fitur keselamatan melaut ini terdiri dari data-data prakiraan cuaca, terutama kecepatan dan arah angin, serta tinggi gelombang. Data-data kondisi alam ini didukung dengan fitur lokasi, sehingga nelayan bisa memperhitungkan risiko keselamatan sebelum melaut. Ada juga fitur navigasi ke titik tangkapan ikan yang membantu nelayan mendapat penunjuk rute yang aman menuju lokasi ikan dengan mempertimbangkan kondisi sekitar,” ujar Sjarief.
Selain dimanfaatkan nelayan, data dari Laut Nusantara juga dimanfaatkan oleh wirausaha muda binaan KKP. “Jadi kita punya ground station untuk satelit dan setiap pagi kita kirim data untuk melihat ikan. Hasilnya dipakai anak muda, yang membuat semacam fish market online. Pola integrasi dari hulu ke hilir seperti ini yang perlu kita bangun. Jadi ada nelayan, SKPT yang menyediakan ikan, dan marketplece yang langsung berhubungan dengan kostumer. Maka pengguna Laut Nusantara ini perlu diperluas, 2.400 itu sangat kecil dibandingkan 270 juta penduduk indonesia,” papar Sjarief.
–Faris Sabilar Rusydi