Sebuah riset terbaru mengungkap, lebih dari 50 efek jangka panjang dirasakan penyintas Covid-19. Komplikasi medis berkepanjangan tersebut merupakan hasil tinjauan sistematis dan meta-analisis dari kasus yang terjadi di Amerika Serikat.
“Kadang-kadang nafas terasa pendek, kalo tarik nafas panjang malah batuk. Setelah tes PCR yang kedua itu, sekitar 2-3 minggu masih batuk-batul. Perut kembung dan mual. Buat dibawa makan pun susah, terasa mual dan nggak enak. Perlahan-lahan memang jadi membaik. Tapi badan masih terasa kurang nyaman,” ujar Adhi Nur Hidayat (35), Senin (8/2).
Selain kondisi fisik, pikiran dan perasaan pegawai swasta asal Bogor itu juga tidak menentu. “Karena ada mual dan kembung, walaupun merasa tidak ada anosmia, jadi makan itu harus dipaksa. Memang tidak enak, tapi harus dipaksa. Mungkin karena pikiran juga kurang tenang. Kurang konsentrasi,” lanjut ayah dari dua anak ini, yang akhirnya memutuskan mengambil izin libur dari pekerjaannya sementara waktu.
Aria Sakti (30) juga merasakan dampak lanjutan pasca menderita Covid-19. “Sampai sekarang masih sering capek. Alhamdulillah covidnya sih sudah negatif, tapi badan bawaannya lemes terus, perut terasa sakit. Akhirnya cek lagi ke lab, ternyata ada indikasi batu ginjal,” tuturnya, Selasa (9/2). Padahal sebelum dinyatakan positif Covid-19 pertengahan Januari 2021, Aria tidak memiliki penyakit penyerta ataupun gangguan kesehatan kronis lain.
Varez Akbar (31), seorang penyintas lain justru merasa dampak berbeda. Setelah dinyatakan negatif Covid-19, dirinya merasa lebih baik dan tidak merasakan dampak apapun. “Dulu kan emang gw punnya sinus, jadi setelah sembuh, flu itu masih ada memang. Dan pasca negatif, badan gw malah lebih ringan dan pernafasan juga nggak ada masalah, selain sinus tadi,” jelas pengusaha muda yang kini tinggal di Jakarta itu, Selasa (9/2).
Long Covid
Sebuah studi mengungkap jika Covid-19 bisa menimbulkan keparahan dan dampak jangka panjang atau biasa disebut sebagai ”Long Covid”. Studi yang dilakukan oleh Sandra Lopez-Leon dan timnya dari Drug Development, Novartis Pharmaceuticals, New Jersey, Amerika Serikat (AS), menunjukkan Covid-19 memang bisa berdampak jangka panjang. Sandra bahkan mengidentifikasi lebih dari 50 gejala sisa dan komplikasi medis jangka panjang.
Dalam studi yang dirilis di situs www.medrxiv.org pada 30 Januari 2021 dan kini tengah direview atau dalam ulasan dari sejawat ini disebutkan, Covid-19 dapat memicu Long Covid, yakni gejala sisa dan komplikasi medis lain selama beberapa minggu hingga berbulan-bulan setelah pemulihan. Tinjauan sistematis dan meta-analisis tersebut meninjau 18.251 publikasi, 80 dikaji, dan 15 di antaranya memenuhi kriteria inklusi.
“Ditemukan ada prevalensi 55 bentuk efek jangka panjang yang dialami oleh 47.910 pasien yang dilibatkan dalam analisis dengan rentang usia 17-87 tahun. Lamanya Long Covid berkisar 14-110 hari setelah infeksi virus. Sekitar 80% pasien terinfeksi ternyata mengembangkan satu atau lebih gejala jangka panjang. Lima gejala paling umum yaitu kelelahan (58%), sakit kepala (44%), gangguan perhatian (27%), rambut rontok (25%), dan dyspnea atau sesak napas (24%),” papar Sandra dalam studinya.
Gejala lain yang ditemukan umumnya terkait dengan penyakit paru-paru, seperti batuk, ketidaknyamanan dada, penurunan kapasitas difusi paru, apnea tidur, dan fibrosis paru. Berikutnya juga ditemukan masalah kardiovaskular, seperti aritmia dan miokarditis. Bahkan, ada pula masalah neurologis, seperti demensia, depresi, kecemasan, gangguan perhatian, gangguan obsesif-kompulsif. Ada juga yang dilaporkan mengalami gejala lain yang tidak spesifik, seperti rambut rontok, tinitus, dan keluar keringat saat malam hari.
Perlu Waspada
Pengalaman tiga penyintas di atas membuktikan bahwa tidak semua orang yang terinfeksi Covid-19 akan mengalami dampak jangka panjang. Varez misalnya, tidak merasakan adanya masalah kesehatan setelah sembuh, namun dia tidak menampik teman sejawatnya cukup banyak yang terkena Long Covid tersebut. “Ada juga kok temen gw, udah berbulan-bulan tapi masih aja sesak napas,” ungkapnya.
Satu tahun berlalu sejak Covid-19 masuk ke Indonesia, penyakit yang disebabkan SARS-CoV-2 ini masih menyimpan banyak misteri dan belum sepenuhnya dipahami. Para saintis maupun tim medis menduga, tingkat keparahan boleh jadi memengaruhi lama tidaknya gejala Covid-19 yang akan dialami setelah sembuh. Namun satu hal yang pasti, sebaiknya kita berhati-hati dan waspada agar tidak tertular virus ini.
–Faris Sabilar Rusydi