Strategi Pembangunan Lumbung Ikan Nasional

0
187

Program Lumbung Ikan Nasional (LIN) yang dicanangkan pemerintah di Maluku dan Maluku Utara menjadi salah satu agenda prioritas sepanjang tahun ini. Pengembangan LIN di timur Indonesia itu diharap menjadi pintu masuk untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Belum lama ini pemerintah menetapkan tiga wilayah di Indonesia Timur sebagai Lumbung Ikan Nasional (LIN). Tiga wilayah tersebut meliputi WPP-NRI 714 di Laut Banda, WPP 715 di Laut Halmahera, dan 718 di Laut Arafuru. Ketiganya dipilih lantaran menjadi WPP paling produktif dengan jenis perikanan tangkap seperti cakalang, tongkol, dan tuna. Estimasi produksi dari perikanan tangkap dan budidaya dari tiga lokasi tersebut bisa mencapai 750.000 ton per tahun.


Gagasan menjadikan Maluku sebagai LIN sejatinya telah lama bergulir. Ide tersebut pertama kali disampaikan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono saat membuka Sail Banda 2010. Satu dekade kemudian, pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) akhirnya menetapkan Maluku sebagai LIN. Rencananya, Maluku akan digerakkan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru di kawasan timur Indonesia berbasis bisnis perikanan.


Kunjungan kerja Presiden Joko Widodo di Kota Ambon, Kamis (25/3/2021), untuk memantau persiapan Maluku sebagai LIN pun menjadi titik terang proyek tersebut. Dalam kesempatan itu Presiden Joko Widodo mendengarkan penjelasan Direktur Utama Pelindo Prasetyadi yang menyebutkan potensi ikan di Laut Banda berkisar 500.000 ton. Namun ikan hasil tangkapan dari wilayah ini umumnya langsung dibawa melalui Surabaya, Jakarta, atau langsung ekspor.
Menurut Prasetyadi, paling banyak hanya 1,3% ikan yang dikemas di Ambon. Diakuinya, pelabuhan-pelabuhan di Kota Ambon pun belum optimal. Pelabuhan Yos Sudarso dengan kedalaman 12 meter dan bisa menampung kapal-kapal sepanjang 240 meter saat ini okupansinya masih 38-39%. Dengan kapasitas 450 kapal, baru terisi 274 kapal/tahun. Namun diperkirakan pelabuhan akan penuh dalam 2-3 tahun dengan pertumbuhan sekitar 7%.

Artikel selengkapnya dapat Anda baca di Majalah Sains Indonesia edisi Mei 2021

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini