Awal Mei merupakan momen yang paling ingin dilupakan sekaligus membingungkan bagi Fristy (35 tahun). Ia harus kehilangan Ibundanya tercinta karena Covid-19. Yang Fristy tahu, dokter menyebut badai sitokin sebagai penyebab kematian Ibunya.
Sebelum kondisinya memburuk dan akhirnya meninggal, Ibunda Fristy sudah dinyatakan negatif dan dibolehkan pulang oleh rumah sakit yang merawatnya. Kondisi serupa dialami Raditya Oloan (36). Badai sitokin (cytokine storm) disebut-sebut telah merenggut nyawa suami artis peran Joanna Alexandra itu meninggal dunia pada awal Mei silam.
Lantas, apa sebetulnya badai sitokin itu? Ahli penyakit dalam dari RS Ummi Bogor, Nerina Mayakartifa menjelaskan, saat virus masuk hingga ke dalam organ paru, maka sistem kekebalan tubuh khususnya sel darah putih, akan meresponsnya dengan mengeluarkan protein yang dalam istilah medis disebut dengan sitokin.
Persoalannya, munculnya sitokin yang kelewat banyak atau disebut badai sitokin akan mengakibatkan hiperinflamasi (pembekakan) sel secara berlebihan pada organ paru-paru. Paru-paru pun bisa mengalami peradangan parah karena sistem kekebalan tubuh berusaha keras membunuh virus. Peradangan pada paru-paru itu sayangnya bisa terus terjadi meski infeksi sudah selesai.
Artikel selengkapnya dapat Anda baca di Majalah Sains Indonesia edisi Juni 2021