Sektor pertanian terbukti mampu menjadi tulang punggung kebangkitan ekonomi di masa pandemi.
BOGOR, Sains Indonesia – Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengajak masyarakat Indonesia totalitas menghadapi perubahan iklim dan dampaknya, khususnya pada sektor pertanian. Salah satunya dengan mengembangkan urban farming dengan inovasi pertanian presisi.
Hal itu disampaikan Mentan Syahrul saat meresmikan sejumlah fasilitas pertanian presisi yang dikembangkan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (BBPSDLP), Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) di Bogor, Jawa Barat, Kamis (9/12/2021). Menurut Syahrul, pertanian dihadapkan pada tantangan yang kian berat ke depan, ditengah meningkatnya jumlah penduduk dunia menjadi lebih dari 9 milyar jiwa.
Selain perubahan iklim yang seringkali menimbulkan cuaca ekstrem dan bencana hidrometeorologi, pertanian Indonesia dihadapkan pada derasnya alih fungsi lahan pertanian, sekitar 150 ribu hektare per tahun, kian mahalnya pupuk, dan cuaca ekstrim akibat pemanasan global merupakan kondisi yang sangat mengkhawatirkan.
Untuk itu kata Syahrul, Kementan harus terus pengembangan inovasi pertanian agar bisa diwariskan kepada generasi berikutnya. Dengan berbagai tantangan tersebut, sulit untuk mempertahankan produksi apalagi meningkatkan produksi tanpa terobosan-terobosan inovasi dan teknologi.
“Karena itu, saya tidak setuju Balitbangtan dipindahkan ke “tempat” lain, karena sektor pertanian sangat membutuhkannya,” tegasnya.
Dua tahun pandemi berlangsung, lanjut Syahrul, sektor pertanian Indonesia mampu menghadapi turbulensi ekonomi. Ia pun berterimakasih dan mengapresiasi berbagai riset dan inovasi pertanian karena mampu membuat pertanian menjadi tulang punggung ekonomi nasional.
Menurut Syahrul banyak cara yang bisa dilakukan masyarakat untuk menghasilkan skala ekonomi yang jauh lebih besar. Salah satunya dengan membuat konsep urban farming atau memanfaatkan lahan-lahan kosong. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan sentuhan teknologi dan digitlisasi.
“Dan ini bukan hanya di Bogor saja, tapi juga dari Sabang sampai Merauke masih banyak tanah yang harus kita garap. Khusus di Pulau Jawa, saya berharap bisa lebih kuat dengan sistem intervensi dan teknologi agar produktivitasnya meningkat,” katanya.
Ia menyampaikan, Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) baru saja meresmikan fasilitas pertanian presisi modern farming BBSDLP. Fasilitas ini merupakan sistem pertanian modern yang dihadirkan untuk memacu keinginan masyarakat agar mau bercocok tanam secara canggih.
Pantauan di lokasi, pertanian presisi yang ada di gedung Puspita Farm 1 dan 2 ini sukses roduksi berbagai jenis sayuran seperti pakcoy, cabai dan buah melon. Konsep ini rencananya akan dikembangkan ke seluruh pelosok daerah.
Kepala Balitbangtan Kementan, Fadjri Jufri mengatakan bahwa kebutuhan pangan disaat pandemi seperti sekarang ini sangat dibutuhkan masyarakat dunia. Karena itu perlu ada inovasi yang bisa memacu produktivitas.
“Dan pertanian presisi ini semacam pilot project pertanian masa depan. Apalagi kita sudah punya teknologi dan pengembangan varietas unggul. Semua sudah kita siapkan,” kata dia. Karena itu kata Fadjri perlu ada inovasi yang bisa memacu produktivitas.
Setia Lesmana