Kedelai lokal unggul dari citarasa dan kandungan gizi
BOGOR, Sains Indonesia – Balai Besar Penelitian Pascapanen (BB Pascapanen) Badan Litbang Pertanian menggelar talkshow “All About Tempeh from Local Soybeans, The Indonesian Superfood“ di Bogor, Rabu (15/12/2021).
Menurut Kepala (BB Pascapanen) Badan Litbang Pertanian, Prayudi Syamsuri, tempe merupakan gizi super dengan kandungan protein tinggi, mencapai 35% dan berbagai kelebihan lainnya. Uniknya, tempe merupakan produk asli Indonesia sejak ratusan tahun lampau, yang difermentasi dari bahan baku kedelai.
Tempe memiliki kandungan lemak jenuh, kolesterol dan natrium rendah. Kandungan kalsium, zat besi, komponen bioaktif sangat tinggi, serta mengandung asam amino esensial lengkap.
Konsumsi tempe rata-rata Indonesia mencapai 7,3 kg pernah kapita pernah tahun. Bahan baku tempe, sebesar 70%nya masih harus diimpor.
“Potensi kedelai lokal tidak kalah dari kedelai impor. Ada 108 varietas kedelai lokal, dengan 77 varietas diantaranya hasil inovasi Balitbangtan,“ ujar Prayudi.
Balitbangtan menghasilkan varietas unggul yang berukuran biji besar dengan kandungan gizi dan rasa yang lebih unggul dibanding kedelai impor. Balitbangtan menyiapkan beragam varietas kedelai yang lebih sehat dan enak untuk mendukung kemandirian pangan.
Varietas Grobogan, Segala, dan Biosoy hasil inovasi Balitbangtan berukuran lebih besar dari kedelai impor. Persoalannya, harga kedelai lokal masih lebih tinggi dibandingkan kedelai impor sehingga petani kurang bergairah menanam kedelai.
“Diperlukan tata kelola bisnis kedelai dari hulu hingga hilir maupun kelembagaan petani agar usaha pertanian kedelai lebih efisien dan mampu bersaing dengan kedelai impor,” tegasnya.
Titik Temu Petani dan Industri
Sementara itu Ketua Panitia Talkshow dan pameran produk olahan kedelai, Lina Marlina mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk mendiseminasikan beragam varietas kedelai lokal Indonesia yang potensial untuk bahan baku produksi tempe. Juga mensosialisasikan tempe sebagai sumber gizi super yang terjangkau.
Berbagai produk diversifikasi olahan tempe ditampilkan dalam kegiatan ini. Talkshow juga mempertemukan petani, perajin, industri, dan konsumen tempe.
“Diharapkan ada titik temu aspek hulu dan hilir dan melahirkan komitmen bersama pengembangan kedelai lokal untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional,” beber Lina.
Sejumlah topik yang dibahas dalam talkshow ini adalah varietas unggul kedelai nunusantara, aspek kelembagaan sistem usaha tani dan ketersediaan kedelai lokal di papasar diversifikasi produk olahan dan karakteristik tempe kedelai lokal, bisnis tempe, dan pengembangan produk tempe untuk pasar global.
Setia Lesmana