Perubahan iklim yang didorong oleh manusia telah memicu cuaca ekstrem di seluruh dunia. Produksi pangan menurun, sedangkan harga komoditas global meningkat. Kekurangan air dan pangan ini tidak luput mengancam Indonesia.
Perubahan iklim telah memicu cuaca ekstrem, mulai dari rekor kekeringan hingga banjir besar yang melanda wilayah pertanian utama di seluruh dunia. Sebut saja pusat gandum Argentina, perkebunan tomat California, dan pusat daging babi di China, di mana cuaca ekstrim telah menurunkan produksi dan menaikkan harga komoditas global.
Kekurangan air dan makanan ini lantas memicu perselisihan politik dan sosial sepanjang 2021. Seperti protes makanan yang terjadi di Iran dan kelaparan di Madagaskar. Krisis pangan telah mengancam dan diperkirakan akan membawa kesengsaraan, kerusuhan sipil, dan perang pada 2022 ini dan tahun-tahun mendatang.
Para ahli memperingatkan, masalah hanya akan meningkat, bahkan di daerah yang saat ini tidak terpengaruh atau berkembang dari harga tinggi yang disebabkan kelangkaan pangan. Para ahli menyatakan perubahan transformasional global sangat dibutuhkan dalam produksi pertanian dan pola konsumsi.
Indonesia sebagai negara agraris tidak luput dari ancaman global ini. Tantangan makin besar ditambahkan dengan fakta bahwa negara dengan populasi penduduk terbesar kelima di dunia ini secara geografis adalah negara rawan bencana alam, disertai ekonomi masyarakat yang bergantung pada sektor agraris. Artikel selengkapnya dapat anda baca di Majalah Sains Indonesia edisi Januari 2022