Penggunaan benih unggul tingkatkan produktivitas jagung
BOGOR, Sains Indonesia – Produktivitas jagung di Indonesia terus mengalami peningkatan dengan rata-rata 1,2% per tahun yaitu dari 1,46 ton/ha pada tahun 1980 hingga 5,52 ton/ha pada tahun 2019. Peningkatan produktivitas tersebut berkorelasi positif dengan kesadaran petani dalam penggunaan benih bermutu dari varietas jagung hibrida berdaya hasil tinggi.
Hal itu disampaikan ahli peneliti utama Balitbangtan, Kementerian Pertanian, Muhammad Azrai saat pengukuhannya sebagai profesor riset yang menyampaikan orasi dengan judul “Inovasi Varietas Hibrida Nasional Berdaya Saing Mewujudkan Swasembada Jagung Berkelanjutan” pada Jumat (28/1) di Auditorium Ir. Sadikin Sumintawikarta, Bogor.
Sayangnya, kebutuhan jagung nasional belum tercukupi, khususnya jenis tipe dent untuk industri pangan karena belum diproduksi di Indonesia sehingga masih diimpor. Neraca volume ekspor impor jagung dalam kurun waktu 10 tahun terakhir (2011-2020) menunjukkan perkembangan yang fluktuatif dan cenderung negatif.
Volume impor tertinggi sebesar 3,5 juta ton pada tahun 2015 dan terendah pada tahun 2017 yang berkisar antara 715 ribu ton hingga 1,44 juta ton pada tahun 2019. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan jagung dalam negeri cukup tinggi, baik untuk pangan, maupun pakan.
Lebih lanjut Azrai menuturkan, selama ini varietas yang dilepas oleh perusahaan multinasional berfokus pada lahan optimal. Selain itu, produksi benih masih terkonsentrasi di Jawa Timur, sehingga menjadi salah satu faktor pembatas pencapaian target produksi jagung nasional.
“Salah satu upaya keberlanjutan program swasembada jagung yang dicapai pada tahun 2017 dan mewujudkan Indonesia menjadi lumbung pangan dunia tahun 2045, adalah mengakselerasikan perakitan varietas unggul hibrida (VUH) jagung berdaya hasil tinggi adaptif berbagai agroekosistem yang beragam berikut desentralisasi produksi benihnya.” ujar Azrai.
Pengembangan varietas dan penyediaan benih dalam negeri sangat terkait dengan kinerja pemuliaan dan perkembangan industri benih nasional. Perakitan dan Pegembangan varietas jagung hibrida berbasis inovasi dan teknologi modern berikut paket teknologinya berimplikasi terhadap percepatan perakitan galur dan pelepasan varietas serta penyediaan benih bermutu untuk peningkatan produktivitas dan perluasan areal tanam.
“Oleh karena itu, diperlukan dukungan kebijakan yang mendorong penyediaan benih berbasis in-situ dimana mitra lisensi Varietas Unggul Hibrida jagung nasional diharapkan dapat berperan menyediakan benih untuk luasan satu juta ha per tahun untuk mewujudkan swasembada jagung nasional dapat berkelanjutan.” lanjutnya.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam sambutannya menyatakan bahwa meskipun sektor pertanian masih tumbuh 1,31% pada triwulan III 2021, namun sektor ini tetap dituntut untuk terus meningkatkan kinerjanya, terutama dalam menyediakan bahan pangan pokok dari sumber produksi dalam negeri di tengah tantangan keterbatasan dan degradasi lahan, serta dampak dari perubahan iklim.
“Sehubungan dengan hal tersebut, kita perlu terus mencari langkah-langkah terobosan dalam memitigasi dampak dari fenomena alam tersebut.” tegas Mentan. Mentan juga mengajak para peneliti, terutama Profesor Riset untuk menunjukkan karya terbaiknya dalam mensukseskan program peningkatan produksi pangan melalui dukungan inovasi teknologi, rancangan kelembagaan dan kebijakan yang tepat.
Mentan menyampaikan bahwa sistem inovasi pertanian bersifat unik dan berbeda dengan sistem inovasi secara umum. Keunikan sistem inovasi pertanian terutama karena pengaruh faktor alam, sehingga kinerjanya akan bervariasi menurut ekosistem. “Sehubungan itu tatanan kelembagaan sistem inovasi pertanian perlu mempertimbangkan keunikan tersebut.” lanjutnya.
Mentan juga menyampaikan apresiasi atas gagasan ketiga Profesor baru ini dan mengharapkan peneliti lainnya juga untuk memberikan karya terbaiknya dan turut aktif berkontribusi pada perencanaan program dan kebijakan serta implementasi pembangunan pertanian di Indonesia.
“Pemikiran-pemikiran inovatif dari para Profesor Riset akan selalu ditunggu untuk turut berkontribusi pada perencanaan program dan kebijakan serta implementasi pembangunan pertanian.” tutupnya.
Setia Lesmana