Studi yang diterbitkan belum lama ini mengungkap sebuah fakta menarik: diperlukan waktu bertahun-tahun bagi lahan basah yang direstorasi untuk mencapai keragaman tanaman yang signifikan jika hanya mengandalkan proses biologis spontan.
Sebuah penelitian lahan basah (wetland) yang dipimpin mahasiswa doktoral dari Universitas Kopenhagen, Denmark, mengungkap fakta menarik. Studi yang telah diterbitkan dalam jurnal Science of the Total Environment edisi 1 Desember 2021 tersebut menyebut setelah pemulihan selama 17 tahun, lahan basah yang diteliti tetap miskin secara botani. Tidak ada perbedaan lahan basah dengan umur restorasi 7 dan 17 tahun.
Ahli Biologi di Departemen Biologi Universitas Kopenhagen, Marta Baumane yang merupakan penulis utama studi tersebut menyebut hanya ada sedikit perkembangan, dalam hal keanekaragaman hayati, sejak lahan basah dipulihkan.
Ini berlaku terlepas dari apakah area tersebut dipulihkan 7 atau 17 tahun yang lalu, semuanya punya keanekaragaman tumbuhan yang sangat rendah, dan hanya sedikit tumbuhan yang ditemukan,” ujarnya.
Baumane dan kolega mempelajari sepuluh lahan basah di daerah tangkapan air Kratholm di Sungai Odense dalam penelitian itu. Seluruh lahan basah tersebut dipulihkan antara tahun 2001 dan 2011.
“Tujuan utama restorasi adalah untuk mengurangi pencucian nitrogen dan fosfor dari lahan pertanian di sekitarnya. Restorasi dilakukan dengan menghapus (memutus) saluran air dan parit serta membuat kembali sungai berkelok-kelok setelah berdekade sebelumnya diluruskan,” lanjut Baumane. Artikel selengkapnya dapat anda baca di Majalah Sains Indonesia edisi Februari 2022