Saat ini biofuel dari sawit masih mendominasi BBN nasional. Namun ada beberapa tanaman yang juga bisa dimanfaatkan untuk pengembangan BBN biodiesel, bioavtur, dan bioethanol. Sudah saatnya diversifikasi dilakukan, mencari biofuel ideal bagi Indonesia.
Sejak turut bagian menandatangani Paris Agreement pada 2015, Indonesia terus menujukkan komitmen mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dengan bertahap beralih ke energi yang lebih ramah lingkungan. Berbagai upaya telah dan akan dilakukan, seperti memensiunkan dini pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan baku batubara hingga akselerasi kendaraan listrik (electric vehicle/EV).
Sembari menunggu kesiapan ekosistem EV, penggunaan bahan bakar nabati (BBN) atau biofuel juga kian didorong menyubstitusi bahan bakar fosil. Sebagai penghasil kelapa sawit terbesar di dunia, pemerintah Indonesia menetapkan minyak sawit (crude palm oil/CPO) sebagai bahan baku BBN nusantara.
Sawit menjadi pilihan utama lantaran sudah terbukti dapat menjadi bauran energi sejak lebih dari satu dekade silam. Hal ini terlihat dari adanya B30, program pencampuran 30 persen biodiesel sawit ke dalam solar. Alokasi sawit sebagai BBN bahkan sudah diatur sejak 2015, di mana di dalamnya terdapat mekanisme insentif biodiesel dengan dana yang berasal dari pungutan sawit. Artikel selengkapnya dapat anda baca di Majalah Sains Indonesia edisi Februari 2022