Badan Litbang Pertanian selama bertahun-tahun sudah melepas 77 varietas unggul kedelai. Selain kandungan gizi tinggi, citarasanya kedelai lokal lebih disukai konsumen.
Kedelai lokal memiliki tingkat kesukaan yang tinggi dibandingkan kedelai impor. Kandungan gizi yang lebih tinggi dan citarasa yang lebih gurih dan enak menjadi keunggulan kedelai lokal. Tak heran, menurut Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin, kedelai lokal selalu habis diserap oleh perajin tahu dan tempe.
“Kedelai lokal jauh lebih bagus dipakai untuk tahu. Lebih gurih, lebih harum, lebih enak. Dan dimasaknya lebih cepat matang, karena masih fresh, kulitnya masih tipis, belum keras. Kandungan gizinya lebih tinggi dibandingkan kedelai impor,” beber Aip.
Sayangnya, produksi kedelai lokal sangat sedikit dibandingkan kedelai impor, yakni hanya 300 ribu ton per hektare. Sedangkan kebutuhan kedelai setiap tahunnya tidak kurang dari 3 juta ton. Meski kedelai lokal lebih disukai konsumen, petani kurang berminat menanam kedelai karena penghasilan dari kedelai jauh rendah dibanding jagung dan padi.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo mengatakan, persoalan kedelai seharusnya menjadi bagian dari 12 komoditas pangan strategis dengan memasukkan produksi kedelai lokal. Untuk itu dibutuhkan areal tanam yang mencukupi, minimal 325.000 hektare (ha), penyediaan pendanaan, pengendalian hama, dan penyiapan penanaman musim gadu. Artikel selengkapnya dapat anda baca di Majalah Sains Indonesia edisi Maret 2022