Mengawal Kebijakan Penangkapan Ikan Terukur

0
115

Pemerintah memastikan sistem kontrak penangkapan ikan yang mulai diterapkan merupakan bagian dari kebijakan penangkapan ikan terukur. Sejumlah masukan akan ditampung untuk perbaikan. Kapasitas SDM ditingkatkan untuk mengawal pelaksanaannya.

Meski mendapat berbagai penolakan, pemerintah memastikan mulai menerapkan sistem kontrak penangkapan ikan sebagai bagian kebijakan penangkapan terukur. Ada empat zona industri perikanan akan menerapkan sistem ini di tujuh wilayah pengelolaan perikanan (WPP), yakni WPP 711 (Laut Natuna dan Laut China Selatan), WPP 716 (Laut Sulawesi), dan 717 (Teluk Cendrawasih dan Samudra Pasifik).


Selain itu, ada pula WPP 715 (Laut Maluku dan Laut Halmahera), WPP 718 (Laut Aru, Laut Arafura, dan Laut Timor bagian timur), serta WPP 572 (Samudra Hindia sebelah barat) dan 573 (Samudra Hindia sebelah selatan Jawa hingga Nusa Tenggara). Adapun uji coba sistem diterapkan di WPP 718.


Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Muhammad Zaini Hanafi mengungkapkan, total kuota penangkapan ikan yang ditawarkan untuk industri mencapai 5,99 juta ton per tahun dengan perkiraan nilai ekonomi mencapai Rp 180 triliun. Hingga pertengahan Februari 2022, tercatat 20 perusahaan yang menjajaki sistem kontrak ini dengan kuota tangkapan berkisar 4,1 juta ton. Kekayaan panganan lokal yang dimiliki Indonesia sangat potensial untuk dikembangkan, bahkan dipasarkan, hingga ke mancanegara. Seperti ubi jalar atau singkong yang kini sudah banyak diolah oleh pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sehingga memiliki nilai tambah. Hasil olahannya, antara lain disajikan di hotel-hotel berbintang.


Salah satu usaha pengolah pangan lokal yang telah masuk hotel adalah Mi Reshik Cap Dokar yang dirintis sejak 2014. Pemilik Mi Reshik Cap Dokar, FX Subena Prayogakastu, menuturkan, produk olahan singkong miliknya sudah masuk Hotel Ibis Yogyakarta serta ambil bagian dalam kegiatan Fiesta Singkong beberapa waktu lalu. Selain nilai lokal, FX Subena juga menonjolkan bahan makakan sehat dalam produk miliknya.


”Jika dibandingkan terigu, kandungan gula dalam singkong empat kali lebih sedikit. Selain itu, singkong memiliki serat 16 kali lebih banyak. Dalam produksi, Mi Reshik Cap Dokar juga hanya menggunakan bahan alami. Tidak pakai pewarna dan pengawet,” ujar FX Subena. Artikel selengkapnya dapat anda baca di Majalah Sains Indonesia edisi April 2022

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini