Pelepah pinang umumnya dibiarkan menjadi sampah. Namun sekelompok petani di Jambi mampu mengolahnya menjadi briket. Kualitasnya pun cukup baik.
Pagi itu, Guntoro, seorang petani pinang di Suak Rengas, Desa Teluk Kulbi, Kecamatan Betara, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi, dengan cekatan mengumpulkan sejumlah pelepah pinang yang jatuh di kebunnya. Setelah terkumpul, Guntoro menarik limbah pinang itu menuju rumah produksi brisket. Rutinitas ini sudah dilakukannya lebih dari satu tahun dengan rata-rata ada 20 pelepah yang dia bawa untuk diolah menjadi briket setiap harinya.
Menurut Guntoro, Kecamatan Betara, sudah sejak dulu terkenal dengan pinangnya. Pinang (Areca catechu L.) dari Betara dikenal berkualitas terbaik dan merupakan produk ekspor unggulan. Tercatat lebih dari 8.000 hektare lahan ditanami pinang menyebar di sembilan kecamatan di kabupaten tersebut. Tidak hanya untuk diambil buahnya, namun limbah pinang kini bisa menjadi usaha sampingan yang menggiurkan.
“Jadi bisnis briket (dari limbah pinang) ini berawal dari kelangkaan gas, sekitar awal 2020. Waktu itu istri saya sampai berkeliling desa mencari gas, tapi hasilnya nggak ada (nihil). Dari situ saya mulai mencoba memanfaatkan pelepah pinang dan menghidupkan tungku, agar istri bisa masak. Nah, masakannya memang jadi, tapi asapnya ke mana-mana. Semua panci hitam,” tutur Guntoro sembari tersenyum. Artikel selengkapnya dapat anda baca di Majalah Sains Indonesia edisi Juni 2022