Budidaya lobster dengan teknologi Keramba Jaring Apung (KJA) submersible punya potensi besar. Sistem KJA “tenggelam” ini diklaim dapat meningkatkan produksi karena survival rate atau kelangsungan hidup benur yang bisa mencapai 80 persen.
Potensi budidaya lobster di Indonesia begitu besar. Di tengah upaya mengembangkan industri lobster, seperti menetapkan sejumlah daerah sebagai kampung budidaya lobster, salah satu komoditas perikanan ini juga butuh teknologi tepat guna. Tujuannya jelas, agar keinginan budidaya lobster bisa bermanfaat bagi banyak orang dapat terwujud.
Salah satu teknologi yang bisa diharapkan bisa menjadi solusi yakni teknologi Keramba Jaring Apung (KJA) submersible. Berbeda dengan KJA pada umumya, teknologi KJA ini memastikan kerangkeng lobster tidak berada di permukaan air, namun bertahan di kedalaman tertentu.
Hal itu dilakukan untuk memastikan benih lobster mendapatkan suhu dan kondisi air yang stabil selama budidaya berlangsung. Sistem ini cukup sukses menjadikan Vietnam sebagai raja budidaya lobster di ASEAN, bahkan dunia.
Hasil Terbaik
Wakil Dekan I Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad Rita Rostika menyebut, walaupun budidaya lobster saat ini bisa dilakukan di bak indoor, namun hasil terbaik didapatkan bila dilakukan di KJA yang berbeda dengan KJA untuk ikan. KJA untuk ikan menggunakan jaring yang ditempatkan pada permukaan air hingga kedalaman 2,5 meter, namun KJA untuk lobster kerangkengnya dibenamkan di kolom air sekitar 3 -7 meter dari permukaan air. Artikel selengkapnya dapat anda baca di Majalah Sains Indonesia edisi Juni 2022