Indonesia membidik pasar obat-obatan dan alat kesehatan berbasis nuklir yang terus berkembang di pasar global. Keseriusan itu ditunjukan dengan mengintegrasikan PT Industri Nuklir Indonesia (Inuki) ke PT Bio Farma, yang menjadi holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Farmasi.
Langkah tersebut diyakini menjadi babak baru pengembangan industri kesehatan berbasis nuklir di Indonesia. Nilai pasar obat-obatan dan alat kesehatan nuklir secara global memang terus menanjak dalam beberapa tahun terakhir.
Dikutip dari global newswire, nilai pasar obat nuklir global pada tahun 2021 lalu mencapai US$5,57 miliar, setara Rp80 triliun, naik 10,5% dibanding tahun 2020 yang sebesar US$5,04 miliar atau setara Rp72,4 triliun. Diperkirakan industri kesehatan nuklir akan bertumbuh menjadi US$19,47 miliar atau mendekati Rp280 triliun pada tahun 2028.
Bio Farma saat ini menjadi pemegang saham Inuki. Inuki sebelumnya bernama PT Batan Teknologi dan merupakan satu-satunya BUMN yang bergerak di bidang industri berbasis teknologi nuklir. Inuki, didirikan pada 1996, memiliki tiga pusat penelitian dengan potensi komersial dalam produksi radioisotop dan radiofarmasi, produksi elemen bahan bakar nuklir, dan fasilitas layanan teknis. Artikel selengkapnya dapat anda baca di Majalah Sains Indonesia edisi Juni 2022