Kementan Kendalikan PMK dengan Biosecurity

0
136

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) merekomendasikan pendekatan biosecurity untuk mengendalikan wabah penyakit mulut dan kuku (PMK).

Awal Mei 2022 atau dua bulan sebelum ummat muslim menyelenggarakan Idul Adha, Indonesia dikejutkan oleh mewabahnya foot and mouth desease (FMD) alias penyakit mulut dan kuku (PMK). Berawal dari temuan di Jawa Timur, hingga 25 Mei lalu, sudah 17 provinsi dan 86 Kabupaten/kota melaporkan kasus penularan PMK di daerahnya.

Secara nasional, Kementerian Pertanian melaporkan 5,77 juta ekor terdampak atau 41,1% dari total 14,05 juta ekor populasi sapi dan kerbau. Dari jumlah tersebut, 27.326 ekor atau 0,47% ternak dinyatakan sakit, sebanyak 8.657 ekor atau 31,86% sembuh, 261 ekor atau 0,96% dipotong paksa (potong bersyarat), dan 163 ekor atau 0,71 mati atau tidak bisa diselamatkan.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyampaikan potensi kerugian ekonomi yang disebabkan oleh PMK ditaksir mencapai Rp9,9 triliun per tahun. Kerugian terutama akibat dari penurunan produksi, kematian ternak, pelarangan/pembatasan ekspor produk ternak dan turunannya. Jika memperhitungkan dampak terhadap industri turunan dan kerugian masyarakat, jumlahnya bisa mencapai Rp 11,6 triliun.
Meski demikian, untuk memenuhi kebutuhan hewan kurban, Syahrul memastikan ada sekitar 1.731.594 ekor yang tersedia tahun ini. Dipastikan hewan ternak tersebut tidak berasal dari zona terkonfirmasi wabah PMK. Artikel selengkapnya dapat anda baca di Majalah Sains Indonesia edisi Juni 2022

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini