Dekade 1970-an: Alutsista TNI/ABRI Berdatangan dari AS

0
263

Pasca Pemberontakan G-30-S/PKI,1965, kekuatan TNI/ABRI, khususnya TNI AL dan TNI AU, menurun drastis akibat kelangkaan suku cadang alat utama sistem persenjataan (Alutsista)-nya. Kala itu, sebagian besar Alutsista dipasok dari Uni Sovyet dan dari negara-negara Eropa Timur lainnya.

Hampir semua pesawat tempur TNI AU jenis MIG-17, MIG-19, MIG-21 dan pesawat pembom strategis TU-16 grounded. TNI AL kehilangan kapal penjelajah RI Irian, juga 6 kapal perusak, 3 fregat, dan 2 kapal selam harus dipensiunkan. Kapal perang TNI AL, yang pada tahun 1966 berjumlah 234, pada awal 1970 tinggal 54 saja yang siap operasional.

Harus segera dicari pemecahannya. Saat kunjungan kenegaraan pertama Presiden Soeharto ke AS, Mei 1970, butir-wicara kerja sama pertahanan RI-AS juga dibahas bersama Presiden AS, Richard Nixon. Kedua kepala negara sepakat untuk memperkuat kerja sama pertahanan.

Selain memperluas kerja sama pertahanan RI-AS di bidang pendidikan dan latihan melalui program US Military Assistance Program (US-MAP), juga program pengadaan alutsista untuk TNI AD, TNI AL, dan TNI AU digelar melalui US Foreign Military Sales (US-FMS). Kunjungan Presiden Soeharto ditindaklanjuti dengan kunjungan Wakil Panglima ABRI/Panglima Kopkamtib, Jenderal M Panggabean (1971) dan kunjungan KSAD, Jenderal Umar Wirahadikusumah ke AS (1971). Artikel selengkapnya dapat anda baca di Majalah Sains Indonesia edisi Juli 2022

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini