Sudah Tepatkah Co-firing Biomassa di PLTU?

0
145

Pemerintah menerapkan teknologi co-firing atau mencampur biomassa dengan batubara di PLTU dalam transisi energi dari fosil ke energi terbarukan. Tepatkah cara ini sebagai jawaban transisi menuju energi berkelanjutan?

Pemerintah Indonesia berkomitmen menurunkan emisi dari sektor energi. Peta jalan sudah disusun dengan target utama penggunaan energi terbarukan 100 persen pada 2060. Dalam jangka pendek, berbagai kebijakan diterapkan, salah satunya yaitu co-firing alias mencampur batubara dengan bahan bakar biomassa di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

Pertanyaan lantas mengemuka, tepatkah co-firing sebagai transisi menuju energi terbarukan?

Menurut Direktur Bioenergi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM), Edi Wibowo, pengembangan bioenergi cukup unik karena ada peran manusia dalam menyiapkan atau mengurangi bahan baku. Termasuk, co-firing  pada PLTU yang menambahkan biomassa sebagai bahan bakar pengganti parsial ke dalam boiler batubara tanpa modifikasi signifikan.

Biomassa cukup efisien lantaran hanya memanfaatkan PLTU yang ada. Biomassa juga bisa menjadi alternatif pengelolaan sampah tanpa harus membangun PLTSA.

“Biomassa mengandung sulfur yang lebih rendah sehingga dapat mengurangi pemanasan global. Co-firing  bisa meningkatkan bauran energi terbarukan dengan cara relatif cepat. 5 persen co-firing biomassa itu setara 0,9 persen bauran energi terbarukan. Padahal biomassa ini relatif mudah dan murah. Juga, dapat memberi kesejahteraan bagi masyarakat karena menimbulkan multiplier effect dalam penyediaan biomassanya,” papar Edi. Artikel selengkapnya dapat anda baca di Majalah Sains Indonesia edisi Juli 2022

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini