Pertanian Cerdas Iklim Jurus Hadapi Krisis Pangan

0
115

Negara-negara G20 siap bertukar pengalaman dan bekerja sama menghadapi krisis pangan dan energi akibat perubahan iklim.

Perubahan iklim berdampak pada menurunnya produktivitas pertanian secara global. Pasokan pun terkendala dan menyebabkan lonjakan harga pangan. Forum ekonomi dunia (WEF) menyebutkan, setiap tahun perubahan iklim menyebabkan fluktuasi jumlah tanaman yang ditanam sebesar 30% untuk setiap hektarnya.

Sejumlah negara, terutama di Afrika, mulai menderita krisis pangan akibat terbatasnya pasokan. Badan Pangan Dunia (FAO) mendefinisikan krisis pangan adalah terjadinya peningkatan tajam kasus malnutrisi dan bahaya pangan akut, baik di level nasional maupun internasional. Kekeringan panjang, peningkatan suhu ekstrem, hingga banjir berdampak pada merosotnya produksi pangan.

Pertemuan para Kepala Peneliti bidang Pertanian negara-negara anggota G20 atau G20 Meeting of Agricultural Chief Scientists (MACS) ke-11, di Bali awal Juli 2022, menghasilkan sejumlah solusi menghadapi ancaman krisis pangan dan energ global.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembanan Pertanian (Balitbangtan) yang juga menjadi Chair of MACS ke-11, Dr Fadjry Djufry mengatakan, menghadapi ancaman krisis pangan dan energi yang disebabkan perubahan iklim, solusinya adalah mengimplementasikan model pertanian cerdas iklim inovatif (PCII). Artikel selengkapnya dapat anda baca di Majalah Sains Indonesia edisi Agustus 2022

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini