Jumlah dokter spesialis bedah di Indonesia masih terbilang minim. Kini pemerintah mulai mengembangkan teknologi telebedah robotik, yang memungkinkan operasi bedah dilakukan jarak jauh, untuk meningkatkan kapasitas layanan bedah di Tanah Air.
Pemanfaatan telebedah robotik dalam dunia medis sejatinya bukan hal baru. Banyak negara sudah memanfaatkan secara luas teknologi ini sebagai salah satu pilihan yang bisa diandalkan di bidang ilmu bedah. Robot-robot yang digunakan untuk telebedah menjadi perpanjangan tangan dokter bedah dan memiliki akurasi yang lebih tinggi. Gerakannya juga lebih akurat dan presisi, sehingga pembedahan menjadi minim invasi.
Namun begitu, pemanfaatan telebedah robotik ini belum masif dimanfaatkan di Indonesia. Di sisi lain, jumlah tenaga spesialis bedah di Tanah Air juga masih terbilang minim. Menurut data Kementerian Kesehatan, Indonesia kekurangan sumber daya manusia untuk spesialis bedah mencapai 2.581 orang pada 2022. Alhasil, layanan bedah di masyarakat menjadi tidak optimal dan merata.
Ketimpangan juga terjadi karena sebagian besar dokter spesialis bedah masih terkonsentrasi di Jawa. Masalah yang lebih besar ditemui pada ketersediaan dokter subspesialis bedah, seperti bedah saraf, bedah plastik dan estetik, bedah jantung dan pembuluh darah, serta bedah kanker. Saat ini setidaknya jumlah dokter spesialis bedah kanker hanya 217 orang yang tersebar di 28 provinsi.
Menurut Dokter Spesialis Bedah Digestif Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Reno Budiman, kebutuhan pengembangkan teknologi telebedah robotik di Indonesia sudah cukup mendesak. Teknologi ini selain dapat mengatasi persoalan distribusi dan keterbatasan jumlah dokter bedah, juga akan meningkatkan kapasitas bedah di Tanah Air. Artikel selengkapnya dapat anda baca di Majalah Sains Indonesia edisi Agustus 2022