Sorgum kaya manfaat. Berasnya cocok untuk kesehatan karena kandungan glikemik rendah dan kaya antioksidan. Sorgum juga bisa menggantikan gandum sebagai bahan baku mi, tepung untuk roti dan aneka kue. Sorgum juga menjadi sumber bioenergi.
Tanaman sorgum luas menghampar seakan menyulap lahan kering di Kecamatan Babat, Lamongan Jawa Timur menjadi hijau royo-royo. Sejak beberapa tahun ini, banyak petani di Babat yang menanam tanaman yang berasal dari Afrika tersebut. Kini luasnya mencapai 1.000 hektare, dan di seluruh Kabupaten Lamongan luas total kebun sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) mencapai luasan 3.000 ha.
Semangat untuk mengembangkan budidaya tanaman sorgum kembali menggeliat. Perang Rusia dan Ukraina, ditambah kondisi iklim yang ekstrem di sejumlah negara telah mengganggu pasokan gandum secara global.
Rusia dan Ukraina merupakan dua negara yang termasuk produsen gandum terbesar di dunia. Stok gandum global yang menipis, membuat beberapa negara produsen gandum seperti India, Kazakhstan, dan Serbia menahan stok di dalam negerinya dan melakukan moratorium ekspor gandum.
Hal itu memicu lonjakan harga gandum secara global. Ancaman krisis pangan, khususnya pasokan gandum pun di depan mata. Maklum saja, merujuk data Badan Pusat Statistik, impor gandum dan meslin (biji gandum) sepanjang Januari-Mei 2022 saja mencapai 4,36 juta ton dengan nilai US$1,65 miliar.
Artinya dengan rata-rata 0,872 ton per bulan, maka dalam setahun impor gandum bisa mendekati 10,5 ton dengan nilai impor mendekati US$4 miliar.
Presiden Joko Widodo pun mengingatkan para pembantunya agar bekerja keras mengurangi ketergantungan impor gandum yang kini makin menguat. Kementerian Pertanian pun menyodorkan sorgum sebagai komoditas pengganti gandum, karena lebih mudah tumbuh di Indonesia. Di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang berikilim kering, masyarakat sudah lama menjadikan sorgum sebagai sumber pangan utama pengganti padi.
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko mengatakan, sorgum dinilai bisa menjadi salah satu solusi bagi Indonesia dalam menghadapi ancaman krisis pangan dunia. Selain
memiliki banyak manfaat, kadar protein sorgum lebih tinggi dibandingkan dengan beras. Selain menjadi makanan pokok pengganti beras, juga bisa menjadi sumber tepung pengganti terigu yang berasal dari gandum.
“Agar bisa mensubstitusi gandum, diperlukan penguasaan teknologi dari hulu atau produksi hingga ke hilir atau pascapanennya. Inovasi teknologi pengolahan sorgum, bisa menghasilkan nasi yang kaya manfaat kesehatan, bahan baku pembuatan mi, aneka kue dan roti,” bebernya.
Memperkuat Riset
Sementara itu, Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan BRIN, Puji Lestari mengatakan, Indonesia perlu memperkuat riset mengenai sorgum agar betul-betul bisa menyubstitusi gandum. Setiap tahun impor gandum mencapai kurang lebih 10 juta ton dengan tren yang terus meningkat. Diharapkan sorgum bisa mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor gandum.
Penguatan riset terkait sorgum, kata Puji, harus dimulai dari pengembangan varietas unggul dan cocok pada setiap agroekologi lahan di Indonesia. Jika varietas unggul sudah dihasilkan, maka langkah berikutnya adalah memperkuat rantai pasok benih, agar petani mudah mengakses benih unggul dengan harga terjangkau.
“Varietas dengan berbagai kelebihan dipadu lingkungan optimal akan menghasilkan sorgum unggul dan berkualitas tinggi,” ujarnya.
Menurut Puji, sorgum unggul ini dibangun dari persilangan dan genome editing menggunakan pendekatan bioinformatika untuk mendapatkan varietas unggul dengan karakteristik mendekati terigu. Ia juga menyampaikan harapannya bagi pengembangan sorgum unggul yang tidak hanya dapat menghasilkan 5 ton per hektare, tetapi bisa mencapai angka 8 ton per hektare dengan tekstur yang lebih pulen.
Lebih lanjut Puji mengatakan, selain sebagai substitusi beras dan gandum, sorgum dapat dimanfaatkan niranya untuk diolah menjadi gula cair, kecap dan bioethanol. Sedangkan batangnya dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak (silase) dan dapat diratun hingga tujuh kali.
Multiguna dan Kaya Manfaat
Tantangan dari pengembangan sorgum, menurut Bambang adalah belum banyak masyarakat yang mengenal sorgum dan manfaatnya. Diperlukan upaya keras untuk sosialisasi dan stimulasi pemanfaatan sorgum untuk menggantikan gandum dan tepung terigu.
Ia mengatakan, masih banyak masyarakat yang belum mengenal sorgum sehingga perlu dilakukannya sosialisasi secara terus menerus untuk menstimulasi kebutuhan gandum dan tepung terigu.
Peneliti BRIN, Endang Gati Lestari mengatakan, biji sorgum dalam pemanfaatannya dapat digunakan tidak hanya untuk pangan, dan bagian batang juga dapat digunakan untuk pakan ternak serta biofuel. Seluruh bagian tanaman ini bisa dimanfaatkan dan bernilai tambah tinggi, jika diolah dengan baik.
“Nira pada batang sorgum ini bisa dijadikan bioetanol, ampasnya juga bisa jadi pakan sehingga pemanfaatannya menjadi lebih maksimal,” ujarnya.
Daun dan batang sorgum merupakan sumber pakan berfungsi meningkatkan bobot hewan ternak serta meningkatkan produksi daging dan susu. Endang juga mengungkapkan, beberapa inovasi berbasis sorgum telah dikembangkan. Mulai dari beras instan sorgum, mi sorgum, tepung sorgum, gula kristal, hingga brownies dan aneka kue lainnya. Dengan kandungan nutrisi yang terbilang lengkap, olahan berbasis sorgum juga berfungsi sebagai pangan fungsional untuk kesehatan.
Merujuk buku Inovasi unggulan pascapanen, kalori sorgum sebagian besar berasal dari karbohidrat. Setengah cangkir sorgum menyediakan 69 gram karbohidrat, tiga di antaranya serat dan 2,5 gram lainnya dari gula. Karbohidrat sorgum lainnya, yaitu pati yang merupakan varietas kompleks lebih mudah dicerna.
Biji-bijian hampir selalu banyak mengandung mikronutrien. Sorgum termasuk unggul dalam banyak lainnya untuk kepadatan nutrisi. Satu setengah cangkir menyajikan 18 persen dari nilai harian (DV) zat besi, 25 persen vitamin B6, 37 persen magnesium, dan 30 persen tembaga. Adapun kandungan sejumlah besar fosfor, kalium, seng (zinc), dan tiamin.
Sorgum juga memiliki banyak kandungan nutrisi seperti kaya akan vitamin B karbohidrat, lemak, dan protein. Sorgum kaya nutrisi, termasuk rendah lemak, tetapi tinggi protein, serat, vitamin B, dan zat gizi mikro.
Vitamin B dalam sorgum penting bagi metabolisme, perkembangan sel saraf, serta kesehatan rambut dan kulit. Sebagai sumber yang kaya magnesium dan mineral, sorgum penting untuk pembentukan tulang, kesehatan jantung, dan lebih dari 600 reaksi biokimia pada tubuh, seperti produksi energi dan metabolisme protein.
Dengan begitu banyaknya kegunaan sorgum, pengembangan sorgum baik untuk pangan maupun energi harus digesa. Berdasarkan roadmap Sorgum 2022 – 2024, target produksi pada tahun 2023 sebesar 444.084 ton, sehingga diperlukan benih sorgum dalam jumlah besar.
Merujuk data Kementerian Pertanian, luas lahan kering di Indonesia lebih dari 53 juta hektare, artinya pemerintah tidak perlu pusing mau di mana menanam sorgum. Jadi tunggu apa lagi untuk menanam sorgum besar-besaran?
Setia Lesmana