Pameran industri pertahanan, Indo Defence 2022, berlangsung di Jakarta pada 2-5 November 2022. Pameran menampilkan perkembangan mutakhir industri pertahanan dunia, utamanya produkproduk Industri pertahanan dalam negeri, dari pesawat CN-235 Patroli Maritim, Pesawat N-219 Amfibi hingga kendaraan kendaraan taktismiliter, tank Harimau, panser Badak, panser Anoa dan kapal-kapal perang. Yang menarik juga adalah hadirnya produk-produk senjata ringan buatan domestik karya anak-anak bangsa, seperti senapan serbu dan pistol berikut amunisinya.
Upaya untuk mandiri di bidang persenjataan sudah dirintis sejak Proklamasi Kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945. Begitu Jepang kalah Perang Dunia II, pemuda-pemudi Indonesia segera mempersenjatai diri dengan membongkar gudang-gudang senjata milik tentara Jepang.
Tercatat, pembobolan gudang senjata Jepang di Jalan Don Bosco Surabaya, 1 Oktober 1945, merupakan pembongkaran gudang senjata terbesar secara damai dan memposisikan persenjataan laskar-laskar perjuangan di Jawa Timur paling lengkap di Indonesia, kala itu, bahkan sebagian senjata dikirimkan ke Jakarta dan Yogyakarta guna memperkuat satuan-satuan perjuangan di kedua kota tadi.
Perang Kemerdekaan RI, 1945-1949, memaksa para perjuang RI harus bertempur secara fisik menghadapi pasukan Belanda dengan senjata apa adanya. Ada senjata rampasan dari Jepang, dari Pasukan Sekutu, bahkan bila perlu hanya bersenjatakan bambu runcing, mereka pantang menyerah menghadapi lawan yang lebih kuat dan lebih berpengalaman itu.
Pabrik Senjata Dadakan
Guna menambah kekuatan persenjataan para gerilyawan, bengkel-bengkel mesin di pabrik-pabrik gula di sekitar Yogyakarta beralih fungsi menjadi pabrik senjata dadakan. Pabrik senjata di Demakijo, Yogyakarta misalnya, berhasil membuat berbagai jenis pistol mitraliur guna mendukung pertempuran. Sudah pasti, pistol mitraliur sederhana hasil rakitan Demakijo jauh dari sempurna, namun itu tidak mengendorkan semangat berjuang di atas kaki sendiri.
Begitu pengakuan kedaulatan RI diraih pada Desember 1949, upaya meningkatkan kemandirian di bidang persenjataan terus digiatkan. Pabrik senjata Artilleriee Constructie Winkle (ACW), yang dibangun Belanda di wilayah Kiaracondong, Kota Bandung pada 1923, diambil alih oleh Pemerintah RI dan pada tahun 1950 berganti nama menjadi Pabrik Senjata dan Mesiu (PSM). Segera PSM merenovasi berbagai senapan dan pistol militer untuk mendukung satuan satuan TNI yang sibuk dengan berbagai operasi keamanan dalam negeri menumpas berbagai pemberontakan di Jawa, Sumatra, Sulawesi, dan Maluku (1950-1960). Kemandirian di bidang pengadaan amunisi senjata juga mampu dipenuhi PSM.
Pada 1958, PSM berganti nama menjadi Pabrik Alat dan Peralatan Angkatan Darat (Pindad). Senapan jenis M-1 Garand yang merupakan senjata standar Pasukan AS saat Perang Dunia II, berhasil direnovasi oleh Pindad guna memenuhi kebutuhan satuan satuan TNI. Bahkan pada tahun 1974, Pindad bekerja sama dengan Pabrik Beretta, Amerika Serikat/ AS berhasil merancang bangun senapan jenis baru yang dikenal dengan Senapan Panjang SP-1 beramunisi 20 butir peluru. Ini merupakan senapan panjang pertama murni produksi Pindad dan memulai debutnya pada Operasi Seroja di Timor Timur.
Sayang, banyak kendala muncul pada SP-1 diawal Operasi Seroja di Timor Timur (1975- 1976) dan berakibat merosotnya kepercayaan diri prajurit TNI di lapangan, bahkan terkadang fatal, sehingga mereka kembali menenteng senapan serbu AK-47 buatan Uni Sovyet dan M-16 buatan AS untuk melanjutkan perjuangan di Timor Timur. Pada 1983, Pindad yang telah berganti nama menjadi PT Pindad, menjalin kerja sama dengan Pabrik Senjata FN-Belgia dan merancang-bangun senapan serbu SS-1 dengan berbagai variannya.
Lebih Canggih
Senapan SS-1 sukses, teruji di lapangan dan sekarang menjadi senjata standar satuan TNI AD, TNI AL, dan TNI AU, bahkan penyempurnaan dari rancang bangun SS-1 menghasilkan senapan serbu SS-2 dan SS-3 yang lebih canggih lagi. Kita boleh bangga atas senapan serbu karya putera-puteri Indonesia ini, yang mengundang decak kagum tentara dari mancanegara. Di berbagai kompetisi menembak militer tingkat ASEAN, bahkan tingkat dunia, seperti Australian Army Skills & Arms Meeting (AASAM) yang berlangsung setiap tahun, Indonesia selalu tampil mengesankan.
Pada AASAM 2019, Kontingen TNI AD, bermodalkan senapan serbu SS-2V4 buatan Pindad, berhasil meraih juara umum dan menyabet 21 medali emas. Ternyata, senapan SS-2V4 buatan Kiaracondong, Bandung ini mampu mengungguli senapan-senapan serbu kelas dunia seperti MP4 Carbine buatan AS, senapan SAR-21 buatan Singapura, Steyr Aug buatan Austria serta senapan Heckler-Koch HK-G36 dan HK-416 buatan Jerman yang standar NATO itu. SS-2 yang hebat dan diawaki “man behind the gun” yang jagoan, berbuah hasil yang mengesankan.
Industri senjata ringan swasta Nasional juga mulai hadir. Pada Indo Defence 2022 muncul Senapan Serbu Komodo D-5 karya PT.Komodo Armament Indonesia. Senapan serbu dengan amunisi kaliber 5.56 mm standar NATO, “Made In Bekasi” ini dibuat dari campuran aluminium dan polymer dengan berat hanya 2,5 Kg. Komodo D-5 ini sudah memiliki kandungan lokal 82,5% dan sudah lolos tes 10.000 kali uji tembakan di Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AD. Mari kita lihat kiprah Komodo D-5 dan produk-produk industri pertahanan karya anak bangsa lainnya di masa datang.
Indroyono Soesilo