Sejak dahulu, satuan Kavaleri selalu dikaitkan dengan kuda. Kavaleri diambil dari bahasa Perancis yaitu ”cheval” atau kuda, dan ”cavalerie” yang berarti Pasukan Berkuda. Seiring berjalannya waktu, persenjataan kavaleri berevolusi dengan hadirnya tank roda rantai dan panser roda ban. Sejarah kehadiran satuan kavaleri di Indonesia, sejak jaman Hindia Belanda hingga saat ini, dibahas dalam Lokakarya Rencana Pembangunan Museum Kavaleri di Indonesia, yang diselenggarakan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritim dan Investasi (Kemenkomarves) di Bandung, 19 Desember 2022.
Bandung, Sains Indonesia – Lokakarya dibuka oleh Asisten Deputi (Asdep) Infrastruktur Pengembangan Wilayah, Kemenkomarves, Dr Djoko Hartoyo. Dalam paparannya, Asdep Djoko menyebut wisata edukasi dan sejarah militer memiliki peran penting dalam memupuk rasa cinta terhadap Tanah Air, khususnya bagi generasi muda. Dalam pandangannya, museum kavaleri bisa menjadi salah satu wahana edukasi yang bermanfaat.
“Museum Kavaleri Indonesia bisa menjadi destinasi eduwisata (wisata edukasi) untuk semua orang. Dari anak-anak sampai dewasa. Terlebih anak-anak yang memang sangat senang jika melihat tank. Semoga adanya museum ini tidak hanya terwujud dalam bangunannya saja, tapi juga nilai sejarahnya, sehingga masyarakat bisa mengetahui peran dari Satuan Kavaleri dalam perjuangan Indonesia,” papar Asdep Djoko.
Asdep Djoko menyebut, proses pembangunan Museum Kavaleri Indonesia sejalan dengan Perpres 120 Tahun 2022 tentang Penugasan Khusus dalam Rangka Percepatan Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur. Progres pendirian museum itu pun sudah mencatat sejumlah hal. Dari sisi lahan, sudah tidak ada masalah karena menggunakan lahan milik Pussenkav. Begitu pula kesiapan dari sisi design. “Jadi, dari administrasi dan teknisnya sudah oke. Tinggal pelaksanaannya saja. Semoga ini bisa segera,” lanjutnya.
Komandan Pusat Kesenjataan Kavaleri TNI-AD (Pussenkav), Mayjen TNI Yanuar Adil, dalam sambutannya menjelaskan bahwa keberadaan Museum Kavaleri akan sangat bermanfaat bagi prajurit dan lingkup TNI-AD. Bagi prajurit, museum bisa dimanfaatkan sebagai tempat studi, riset, penelitian, dan rekreasi tentang sejarah untuk meningkatkan militansi prajurut. Dan bagi TNI-AD, museum dapat dimanfaatkan sebagai salah satu media komunikasi antara masyarakat dengan TNI-AD.
“Bagi masyarakat, museum bisa menambah kecintaaan terhadap Tanah Air dan menambah keinginan atau minat anak-anak untuk masuk dan menganakan “Baret Hitam” yang menjadi simbol Satuan Kavaleri. Kami akan mencoba agar nantinya wisata sejarah ini bisa menarik minat masyarakat dengan beragam paket wisata yang ditawarkan. Seperti mungkin nanti akan berkolaborasi dengan paket berkuda di Parompong,” ujar Mayjen TNI Yanuar Adil.
Peran Penting Satuan Kavaleri
Sebagai salah satu narasumber, Pemerhati Museum, Prof Dr Indroyono Soesilo menyebut, hasil kajian sejumlah museum kavaleri di mancanegara menampilkan peran penting satuan tank dan panser sebagai satuan pendobrak. Di Museum Jenderal Mac Arthur, Norfolk, Virginia-AS misalnya, tampak peran tank-tank Sherman saat menyerbu Hollandia (Sekarang Jayapura) pada 22 April 1944 dalam Perang Dunia II di Pasifik. Satuan Kavaleri juga dilibatkan pada gelombang pertama invasi besar-besaran Sekutu ke Pantai Normandia di Perancis Selatan, 6 Juni 1944, pada Perang Dunia II.
Sejarah juga mencatat ketika pasukan Sekutu terkurung oleh Pasukan Jerman di hutan Ardennes dan di kota Bastgone, Belgia, Desember 1944, yang berhasil menerobos pasukan Jerman pengurung pasukan Sekutu tadi adalah satuan tank dari US 3rd Army, yang dipimpin George S Patton, Jenderal Kavaleri legendaris. Sejak dekade 1930-an pasukan KNIL Belanda di Nusantara telah diperkuat oleh tank tank jenis vicker, bren carrier dan tank stuart serta panser panser Ford Lynk, Humber dan Panser Otter Body Car.
Tank dan Panser Sekutu ini dilibatkan dalam berbagai pertempuran menghadapi pejuang-pejuang Indonesia sejak Pertempuran November 1945 di Surabaya. Arek-arek Suroboyo, dengan gagah berani melawan tank dan panser Sekutu menggunakan Combat Tank Light Series (CTLS), tank Bren Carrier, dan panser Marmon Herrington hasil rampasan dari tentara Jepang. Pun ketika Perang Kemerdekaan II pada 1948 – 1949, Belanda menurunkan tank dan pansernya menghadapi gerilyawan TNI yang gencar menyabotase, menghancurkan jembatan dan jalur transportasi lainnya, membuat tank dan panser Belanda menurun mobilitasnya.
Perang Kemerdekaan II berhasil menggiring Belanda untuk gencatan senjata. Dan melalui Konferensi MejaBundar-Den Haag (1949), Belanda mengakui Kedaulatan Republik Indonesia. Usai Presiden Soekarno dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat, 17 Desember 1949, Belanda menyerahkan sekitar 100 unit tank dan panser mereka kepada Korps Kavaleri Indonesia yang dibentuk pada 9 Februari 1950.
Pengabdian Luar Biasa
Pengabdian Korps Kavaleri TNI-AD kepada NKRI selama lebih dari 70 tahun sangatlah luar biasa. Dengan Motto Tri Daya Cakti, yang mencakup Daya Gerak, Daya Tembak, dan Daya Kejut, satuan Kavaleri TNI sudah diterjunkan pada penumpasan pemberontakan Andi Azis di Sulawesi Selatan medio 1950 serta padaPenumpasan Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) di tahun yang sama. Tercatat, Komandan Groep-II TNI, Letkol Slamet Rijadi, gugur di atas panser kavaleri TNI saat akan memasuki Kota Ambon (1950).
Selain itu, satuan Satuan kavaleri juga dilibatkan dalam penumpasan pemberontakan PRRI di Sumatra Barat dan Sumatra Utara (1958), Penumpasan Pemberontakan DI/TII Kartosuwiryo Jawa Barat (1950 – 1962), Operasi Trikora Pembebasan Irian Barat (1962-1963), dan Operasi Penumpasan G-30-S/PKI tahun 1965.Kehadiran panser-panser Saracen Kavaleri TNI-AD mengusung peti jenazah Para Pahlawan Revolusi telah abadi dalam ingatan Bangsa Indonesia.
Satuan Kavaleri TNI-AD juga terlibat dalam Operasi Seroja di Timor Timur dan Operasi Keamanan Dalam Negeri di Aceh. Saat Ibu Kota Jakarta dalam suasana genting, seperti peristiwa Malari 1974 dan Reformasi 1998, tank dan panser kavaleri TNI-AD selalu berpatroli berkeliling Ibu Kota. Satuan Kavaleri TNI-AD juga bergabung dalam Kontingen Garuda Pasukan Penjaga Perdamaian PBB di Kongo-Afrika (1960), bergabung dalam Kontingen Garuda Pasukan Penjaga Perdamaian PBB UNTAC di Kamboja (1992-93), dan dalam Kontingen Garuda Penjaga Perdamaian PBB, UNIFIL-Lebanon, hingga saat ini.
“Tidak hanya itu, sampai saat ini Detasemen Kavaleri Berkuda TNI-AD selalu aktif dilibatkan dalam upacara-upacara kenegaraan dan untuk menyambut tamu tamu Negara. Tentunya semua kiprah dan pengabdian Korps Baret Hitam TNI-AD ini perlu dilestarikan dan diabadikan melalui sebuah Museum Kavaleri guna diwariskan kepada generasi penerus TNI maupun untuk generasi muda Indonesia secara keseluruhan,” tegas Prof Dr Indroyono Soesilo.
Narasumber lainnya, yaitu Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah Jabar, Kementerian PUPR, Oscar RH Siagian yang mewakili Dirjen Cipta Karya Kementerian PUPR menjelaskan, pihaknya sampai saat ini belum memiliki pengalaman dalam membangun museum militer di Jawa Barat. Namun demikian, ia tidak menampik bahwa keberadaan Museum Kavaleri Indonesia sudah sangat mendesak, mengingat warisan sejarah yang harus diselamatkan.
“Sejarah Satuan Kavaleri Indonesia begitu luar biasa. Dari apa yang saya dengar, Museum ini maka menjadi mendesak, karena kita harus menyelamatkan sejarah. Wisata sejarah semacam ini perlu dikembangkan bagi masa depan anak cucu kita. Akan sangat sayang sekali jika anak cucu kita tidak bisa melihat sejarah tersebut,” ujar Oscar menyatakan dukungannya dalam Pembangunan Museum Kavaleri Indonesia.
Hadir sebagai salah satu narasumber, Kepala Dinas Sejarah TNI-AD (Disjarahad), Brigjen TNI RL Simanjuntak menyebut, setidaknya ada enam faktor yang dilakukan Disjarahad TNI dalam pembangunan museum dan monumen, yaitu pengumpulan koleksi, pengolahan koleksi, penyajian koleksi, harwat koleksi, pemanduan yang menarik, serta sosialisasi kepada masyarakat. “Enam hal ini menjadi penting, karena kita ingin menghilangkan image buruk dari museum yang dulunya dikenal dan dipandang skeptis. Sekarang kita harus bangun museum yang representasi sehingga menjadi museum yang menyenangkan,” paparnya.
Menanggapi hal tersebut, Prof Dr Indroyono Soesilo mengaku siap berkontribusi dengan memberi seluruh dokumentasi foto maupun tulisan tentang kiprah Satuan Kavaleri yang dikumpulkan dari sejumlah negara, untuk dibadaikan nantinya di Museum Kavaleri Indonesia. (FSR)