Pada Januari 1961, Menteri Keamanan Nasional/KSAD, Jenderal AH Nasution, ke Moscow-Rusia untukmenjalin kerjasama pendidikan TNI di Rusia dan pengadaan ALUTSISTA untuk RI. Sebagai kelanjutan dari kunjungan dan kerjasama bilateral tersebut, pada 1962-1962, sejumlah Perwira Indonesia mengikuti Pendidikan SESKOAD di Moscow-Rusia. Diantara Perwira yang ditugaskan untuk Pendidikan SESKOAD itu adalah Mayor Soesilo Soedarman, Mayor Soesidarto, Mayor Elly Soengkono, Mayor Wing Wiryawan, Letkol Soeratmo, Letkol Soemrahadi, dan Mayor Toyib.
Adapun untuk pengadaan Alutsista, didatangkan salah satunya Pesawat Tempur MIG-17 buatan Pabrik Pesawat Mikoyan-Gurevich di Rusia. Pesawat ini mulai memperkuat Angkatan Udara RI (AURI) di akhir 1961. Pesawat MIG-17/FRESCO memiliki kecepatan: 500 Km/jam dengan persenjataan berupa Senapan Mesin dan Bom. Medio 1961, KSAU Marsekal S Suryadarma menginspeksi Skadron Jet Tempur MIG-17 AURI yang baru tiba dari Rusia. Setelahnya, AURI diperkuat 66 Unit Pesawat MIG-17/ Fresco buatan Rusia.
Pada tahun 1962, Pesawat MIG-17 AURI denga Call Sign: 1120, 1112, dan 1110 disiagakan untuk Operasi Trikora Pembebasan Irian Barat. Pesawat Tempur MIG-17 AURI disiagakan di Morotai, Ambon, Amahai, dan Tual untuk menggempur Biak. Ketika itu, Panglima Mandala Pembebasan Irian Barat, Mayjen Soeharto dan Panglima Udara Mandala, Komodor Leo Watimena mempersiapkan Serbuan Udara ke Biak, Irian Barat.
Kini miniatur Pesawat Tempur MIG-17 AURI menjadi salah satu koleksi sarat sejarah yang menghiasai Museum Soesilo Soedarman, Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia. (FSR)