Minggu 12 November 2023, Museum Soesilo Soedarman di Cilacap kedatangan koleksi baru alutsista berupa satu unit Panser Saladin. Upacara serah terima Panser Saladin TNI AD dari Kodim Cilacap itu diterima langsung oleh Direktur Museum Soesilo Soedarman, Apoli Purini. Panser Saladin itu mendapat panggung di sisi kanan gapura museum.
Panser Saladin memang begitu melekat dengan sosok Kapten Kav Soesilo Soedarman. Semua bermula saat Korps Kavaleri TNI-AD dibentuk pada 9 Februari 1950, dengan Persenjataan Tank dan Panser Ex Belanda dan belum memiliki Doktrin Kavaleri Indonesia sendiri. 9 tahun kemudian, tepatnya 7 Februari 1959, KSAD Kolonel AH Nasution memerintahkan Resimen Induk Kavaleri Indonesia (RINKAV) untuk membuat Doktrin Sendiri Kavaleri Indonesia.
Pada 19 Februari 1959, Kapten Kav Soesilo Soedarman diangkat sebagai Ketua Panitia Doktrin Sendiri, yang menghasilkan Dokumen Rangka Organisasi Kavaleri 1960 (ROK-60). Melalui ROK-60 tersebut, didatangkan Tank AMX-13 dari Prancis (1961), juga Panser Ferret, Panser Saracen, dan juga Panser Saladin dari Inggris (1961). Panser-panser PV-601 Saladin yang didatangkan merupakan buatan ALVIS-Inggris, bersenjatakan kanon kaliber 76mm.
Dalam Peristiwa G-30-S/PKI pada 1 Oktober 1965, Panser Saladin Kavaleri TNI-AD mengawal Markas KOSTRAD-DARMA PUTRA di Jalan Medan Merdeka Timur – Jakarta. Panser Saladin, Saracen, dan Ferret Kavaleri TNI-AD menjadi salah satu yang pertama memperkuat Markas KOSTRAD di Jalan Medan Merdeka Timur – Jakarta.
Panser Saladin TNI-AD turut dilibatkan mengawal Jenazah Para Pahlawan Revolusi ke Taman Makan Pahlawan (TMP) Kalibata Jakarta, 5 Oktober 1965. Panser-Panser Saladin dan Saracen Kavaleri TNI-AD juga dikerahkan untuk menumpas Pemberontakan G-30-S/PKI di Wilayah Jawa Tengah, Oktober-November 1965 juga mengawal Pelaksanaan Sidang Istimewa MPRS di Jakarta pada 1966.
Tahun 1982, Panser-Panser Saladin Kavaleri TNI-AD diretrofit oleh Bengkel Pusat Peralatan TNI-AD (Bengpuspal), Bandung dan mesinnya diganti dari mesin BBM Bensin menjadi mesin BBM Solar. Setelah diretrofit, Panser Saladin ber-BBM Solar dapat melaju hingga kecepatan 70km/jam dengan jarak jelajah 600km. Usai diretrofit, panser Saladin lantas didislokasi ke Kodam-Kodam di seluruh Indonesia menggunakan Kapal Angkut ADRI.Hingga Tahun 2020, Panser PV-601 Saladin Program ROK-60 masih digunakan. Panser BADAK Buatan PT Pindad Bandung dengan Kanon Kaliber 90mm, perlahan-lahan menggantikan peran Panser Saladin sejak 2015. Untuk mengabadikan sejarah, miniatur dan juga satu unit Panser PV-601 Saladin Kavaleri TNI-AD kini abadi di Museum Soesilo Soedarman – Cilacap, Jawa Tengah.