Peluncuran Buku “Pesantren Online Itu Bernama Al-Zoomiyah”: Mengenang Semangat dan Merawat Silaturahmi

Peluncuran buku Pesantren Online Itu Bernama Al-Zoomiyah menjadi bukti bahwa ikhtiar membangun spiritualitas di ruang digital bukan hanya mungkin, tetapi juga bermakna. Buku ini tidak hanya menjadi dokumentasi sejarah komunitas, tetapi juga potret keteguhan, keikhlasan, dan silaturahmi yang terus terjaga lintas layar dan usia.

0
97

Suasana hangat penuh keakraban menyelimuti kediaman Adam Nugroho, atau yang akrab disapa Abah Adam, di Jakarta, Rabu (18/6/2025). Di tempat inilah berlangsung peluncuran buku Pesantren Online Itu Bernama Al-Zoomiyah, karya Faris Sabilar Rusydi dan diprakarsai oleh Setiabudi Djaelani (Abah Budi). Buku ini menjadi penanda penting atas perjalanan spiritual dan sosial sebuah komunitas yang kenudian menjelma menjadi pesantren daring selama pandemi dan terus berlanjut hingga kini.

Abah Adam merupakan tokoh sentral dalam membidani lahirnya Sekolah Tilawah dan Tadabbur (STT) Al-Zoomiyah. Ia dikenal sebagai sosok yang “penuh ide” serta konsisten membina kajian daring dan menjadi penggagas Pesantren Online yang kini dikenal luas di kalangan jamaah. Peluncuran buku ini tidak hanya menjadi momentum literasi, namun juga ruang refleksi kolektif. Sejumlah pengurus dan tokoh hadir menyampaikan kesan dan pesannya, seraya mengenang Abah Adam yang telah berpulang ke hariban Ilahi namun meninggalkan jejak amal jariah melalui Al-Zoomiyah.

Inspirasi dari Al-Zoomiyah

Dalam sambutannya, Sofjan Iskandar (Abah Oyan) selaku Rois Aam STT Al-Zoomiyah menggarisbawahi nilai-nilai spiritual dari buku tersebut. “Semua pengalaman dari Al-Zoomiyah bisa dibukukan dengan sangat menarik. Buku ini bukan hanya memberikan kenangan, namun juga inspirasi di tengah banyaknya godaan dunia,” ujarnya. Abah Oyan juga menyinggung komentar dari seorang tokoh yang menyebut bahwa buku ini lebih dari sekadar narasi keagamaan, melainkan tentang kisah persahabatan dan kebersamaan membangun budaya Islam.

Abah Oyan menyampaikan harapan agar buku ini menjadi bagian dari amal jariah bagi Abah Adam. “Semoga almarhum mendapat jariah atas ide beliau dalam suatu kebaikan yang dahsyat,” ungkapnya penuh haru.

Sofjan Iskandar (Abah Oyan) memberikan sambutan dan apresiasi atas terbitnya buku perdana STT Al-Zoomiyah. Semoga akan terbit buku-buku lainnya di masa yang akan datang.

Dari Sekolah Virtual ke Pesantren Daring

Dani Abi Azzaki atau familiar disapa Ustadz Dani, salah satu pengasuh STT Al-Zoomiyah, menjelaskan transformasi komunitas ini. “Dulu kita menyebutnya sekolah, tapi karena kita mengaji dari pagi, siang, sampai malam, maka lebih tepat disebut pesantren,” kata beliau disambut anggukan para jamaah yang hadir. Menyoroti semangat belajar jamaah, Ustadz Dani memuji kegigihan para lansia. “Sangat jarang orang usia 70-an mau belajar dari awal, bahkan dari kitab klasik. Tapi di sini, itu terjadi,” tambahnya.

Ustadz Dani kemudian menekankan pentingnya rasa syukur dalam perjalanan ini. “Tidak ada satu detik pun dalam hidup kita yang terlewati tanpa nikmat dari Allah,” ujar Ustadz Dani, sembari mengutip QS Asy-Syu’ara dan doa agar komunitas ini selalu dikumpulkan bersama orang-orang saleh.

Ustadz Dani Abi Azzaki memberikan tanggapannya

Catatan dari Netizen Langit

Djoko Prayogo (Ustadz Djoko), salah satu pengajar di STT Al-Zoomiyah, menyebut acara Peluncuran Buku ini sebagai bentuk silaturahmi yang diliput oleh “Netizen Langit”. “Berbagi karena Allah, Insya Allah dicatat sebagai ibadah,” katanya. Ia lalu mengenang cita-citanya yang belum kesampaian untuk belajar tilawah bernada, namun bersyukur karena di Al-Zoomiyah ada sosok Ustadz Dani yang membantunya mewujudkan cita-citanya tersebut.

Ustadz Dani kemudian menyoroti keikhlasan Abah Adam, yang disebutnya pernah menolak pekerjaan dengan honor fantastis demi fokus membina Al-Zoomiyah. “Buah dari keikhlasan Abah Adam itulah yang kita petik hari ini. Ratusan orang kini menjadi bagian dari pesantren online ini,” ujarnya.

Ustadz Djoko Prayogo memberikan tanggapan sekaligus memimpin doa bersama

Dari e-Book ke Buku Cetak

Turut berkomentar pula Setiabudi Djaelani (Abah Budi) yang menjadi inisiator penerbitan buku ini. Dirinya mengaku tidak menyangka buku ini bisa terbit secara fisik. “Karena dari awal saya hanya memperkirakan buku ini sampai e-book saja. Tapi karena besarnya support dari Uliners hingga jamaah STT Al-Zoomiyah, akhirnya buku ini bisa dicetak dan bisa dinikmati oleh para jamaah semuanya,” ungkapnya.

Sementara itu, Didi Tarsidi (Abah Didi), salah satu jamaah tuna netra di STT Al-Zoomiyah mengangkat isu aksesibilitas, khususnya bagi penyandang disabilitas netra seperti dirinya. Ia mengungkapkan kesulitannya dalam mengakses versi e-book yang tersedia. “Saya hanya bisa membaca halaman pertama, lalu langsung masuk ke iklan,” keluhnya. Ia pun berharap versi e-book ke depan bisa menggunakan format yang lebih ramah bagi disabilitas netra.

Setiabudi Djaelani (Abah Budi) yang menjadi inisiator penyusunan dan penerbitan buku memberikan tanggapannya.

Menjaga Warisan Spiritualitas Digital

Peluncuran buku Pesantren Online Itu Bernama Al-Zoomiyah menjadi salah satu bukti bahwa ikhtiar membangun spiritualitas di ruang digital bukan hanya mungkin, tetapi juga bermakna. Buku ini tidak hanya menjadi dokumentasi sejarah komunitas, tetapi juga potret keteguhan, keikhlasan, dan silaturahmi yang terus terjaga lintas layar dan usia.

Sebagaimana semangat Al-Zoomiyah, acara ditutup dengan doa dan harapan agar pesantren online ini terus tumbuh menjadi oase ilmu dan amal di era digital yang serba cepat.

Para jamaah STT Al-Zoomiyah, ustadz, penulis buku, dan tamu undangan berfoto bersama di depan kediaman Abah Adam di Jakarta pasca peluncuran Buku “Pesanten Online Itu Bernama Al-Zoomiyah” di Jakarta, 18 Juni 2025.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini