Nun jauh dari keramaian Jakarta, di daerah perbatasan dan di Pulau-pulau terluar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), aparat pemerintah, bersama aparat negara dan masyarakat bersatu-padu. Mereka bahu-membahu, menegakkan kedaulatan NKRI, menjaga keamanan dan menggerakkan pembangunan.
Orang kerap tidak sadar bahwa panjang wilayah Indonesia dari Sabang di barat hingga Merauke di timur mencapai 5.100 kilometer, sedang dari utara ke selatan panjangnya lebih dari 3.000 kilometer. Wilayah yang luas itu terdiri lebih dari 13.000 pulau dan wilayah perairan di dalamnya, sesuai Konvensi Hukum Laut Internasional, UNCLOS 1982, adalah juga teritori Indonesia. Jadi, total wilayah kita, ditambah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), mencapai 7 juta kilometer persegi.
Mengingat tiga syarat penting berdirinya suatu negara adalah adanya wilayah teritori, adanya penduduk dan adanya pemerintahan, maka tiga hal tadi perlu kita konsentrasikan di wilayah-wilayah perbatasan, termasuk di 12 pulau terluar. Wilayah perbatasan harus dijaga, orientasi penduduknya harus mengarah ke NKRI, bukan justru ke negara tetangga. Pemerintah daerah di perbatasan perlu terus memacu pembangunan, meningkatkan kesejahteraan rakyat dan harus menghapus kesenjangan sosial antara penduduk di perbatasan dan negara tetangga.
Urusan menjaga wilayah perbatasan menjadi peran TNI. Prajurit-prajurit TNI AD disebar di sepanjang wilayah perbatasan, antara lain di Kalimantan dan Papua guna menjamin bahwa tidak ada pelintas batas ilegal dan agar wilayah perbatasan menjadi kondusif. Prajurit-prajurit Marinir TNI AL menjaga pos-pos perbatasan di pulau-pulau terluar NKRI. Sedang satuan TNI AU menggelar satuan radar dan pesawat pesawat tempur guna melaksanakan patroli lintas Nusantara sepanjang tahun.
Bekerja Keras
Kita perlu angkat topi pula kepada aparat pemerintah yang bertugas di wilayah perbatasan ini. Ada beberapa pejabat di daerah perbatasan yang harus bekerja dengan prasarana minim, namun tetap semangat, seperti seorang Ibu Camat di wilayah Camar Bulan, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat, yang wilayahnya berbatasan dengan Serawak, Malaysia. Dia harus bekerja keras agar wilayah dan penduduknya utuh tidak dicaplok negara tetangga.
Ada lagi seorang bupati di Pegunungan Bintang, Provinsi Papua, yang berbatasan dengan Negara Papua Nugini, yang harus bergulat dengan harga bensin premium Rp 40.000/liter di wilayahnya, dan terisolasi tanpa jalan tembus ke Merauke. Jadi, semua kegiatan harus dilaksanakan via transportasi udara, dengan kondisi cuaca yang kerap tidak menentu. Untuk memindahkan satu kendaraan dinas dari Merauke ke Oksibil di Pengunungan Bintang, misalnya, diperlukan biaya Rp 250 juta. Biayanya mahal karena mobil dinas tadi harus dipreteli dahulu, kemudian diangkut sepotong-sepotong dengan pesawat helikopter, dan akhirnya dirakit kembali di tempat tujuan. Luar biasa.
Masih banyak lagi contoh-contoh dedikasi para aparat pemerintah dan aparat negara yang mengabdi di wilayah perbatasan. Ada dokter, ada tenaga medis, ada guru, ada penyuluh pertanian, ada penyuluh KB dan masih banyak lagi yang bekerja keras dengan dedikasi tinggi di banyak wilayah terpencil.
Merekalah pahlawan yang sesungguhnya, bekerja di tengah kesunyian dan jauh dari hiruk pikuk ibukota. Beruntung, perhatian pemerintah pusat semakin besar diarahkan ke wilayah perbatasan, seperti dibentuknya Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP). Juga, Kementeri-an / Lembaga semakin banyak mengkonsentrasikan perhatiannya di wilayah perbatasan.
Melalui program Desa Berdering Kementerian Kominfo, diharapkan seluruh wilayah perbatasan sudah bisa dilengkapi sarana telepon, internet dan televisi secepat mungkin. Prasarana komunikasi ini merupakan landasan untuk pembangunan-pembangunan disegala bidang selanjutnya.
Tidak ketinggalan, digelar program-program terintegrasi, seperti kegiatan Sail, setiap tahun, yaitu Sail Bunaken 2009, Sail Banda 2010, Sail Wakatobi-Belitong 2011, Sail Morotai 2012, dan Sail Komodo 2013. Semua itu digelar guna memacu pembangunan di wilayah terpencil, termasuk di wilayah perbatasan.
Sedang kegiatan di darat dilaksanakan melalui Ekspedisi Sumatera 2011, Ekspedisi Khatulistiwa 2012, dan Ekspedisi NKRI Koridor Sulawesi 2013. Tidak ketinggalan, dilaksanakan program terpadu Gerakan Pembangunan Kampung (Pandu Gerbang Kampung), dikonsentrasikan di wilayah terpencil dan perbatasan. Hanya melalui upaya kerja keras seperti inilah maka wilayah perbatasan NKRI tetap terjaga dan Republik Indonesia akan berdiri kokoh, abadi sepanjang masa.
Artikel ditulis oleh: Indroyono Soesilo (Alumnus Lehmannas KSA-XIV, tahun 2006)
Artikel pertama kali diterbitkan di MAJALAH SAINS INDONESIA edisi 18, Juni 2013.